Fase 4 Selesai, Produksi Pertamina di Algeria Bertambah 3.000 BPH

Fase 4 Selesai, Produksi Pertamina di Algeria Bertambah 3.000 BPH

ALJIR – Pertamina Internasional EP (PIEP) telah menyelesaikan proyek MLN fase 4 di Lapangan MLN (Menzel Ledjmet Nord) Blok 405A, Algeria. Proyek fase 4 ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi Lapangan MLN.

John Anis, Direktur Utama PIEP,  mengungkapkan fase 4 MLN telah menyelesaikan pekerjaan workover di 15 sumur dan pemboran development sebanyak 12 sumur dari pemboran sumur terakhir yaitu MLC-9P yang telah selesai pada 17 Maret 2020 serta direncanakan akan mencapai puncak produksi di 2021.

“Dalam proyek fase 4 ada pekerjaan workover dan juga pemboran sumur pengembangan (development) dan juga penambahan fasilitas produksi (konpreasor). Pemboran sumur pengembangan sudah selesai. Tinggal pengembangan fasilitas produksi yang memasuki tahap akhir,” kata John kepada Dunia Energi, Minggu (30/8).

Dengan selesainya sumur ke-12 (MLC-9P) ini, seluruh lingkup pengeboran pengembangan dan workover MLN fase 4 telah selesai dilaksanakan.

John menuturkan dari penyelesaian fase 4 ditargetkan ada tambahan produksi sekitar 3.000 barel per hari (bph).  “Produksi bisa tambah sekitar 3.000 bph. Rata – rata produksi PIEP  sekarang sekitar 142 ribu barel setara minyak (minyak dan gas), minyak sekitar 95 ribu bph, sisanya gas,” ungkap John.

Drilling operasi pada proyek ini merupakan pertama yang dilakukan Pertamina di overseas sebagai field operator. Team drilling yang terdiri dari Staf Kantor Pusat PIEP Jakarta yang langsung mengoperasikan kegiatan drilling and workover ini berhasil melakukan efisiensi dan sinergi di dalam Pertamina Group.

John mengatakan beberapa capaian efisiensi terdiri dari biaya dan waktu pemboran dari target AFE (Authorized Financial Expenditure) sebesar US$14 juta per sumur selama 55 hari per sumur, PIEP selaku pemegang wewenang pengelolaan lapangan, mampu melakukan efisiensi US$8,5 juta – US$10 juta per sumur selama 35-45 hari per sumur. “Sehingga total penghematan untuk efisiensi workover dan drilling diperkirakan sekitar US$100 juta,” ujar John.

PIEP juga mengunakan kimia SF-05 sebagai bahan dasar fluida pemboran untuk sumur ke-10 (MLNW-12) dan sumur ke 12 (MLC-9). Kedua sumur ini menggunakan SF-05 dan berhasil memberikan performance drilling yang lebih baik dan tentunya memberikan environmental impact yang lebih baik juga.

Menurut John, pengeboran kali ini menunjukkan Pertamina sangat peduli dan komit terhadap lingkungan di sekitar wilayah kerja.

Oleh karena itu, dengan keberhasilan pengeboran, pelaksanaan efisiensi biaya dan waktu, serta pekerjaan operasi yang ramah lingkungan membuktikan bahwa PIEP memiliki kapabilitas dan kemampuan yang handal untuk bisa beroperasi di luar negeri.

“Jika dibandingkan dengan kegiatan industri migas di Algeria lainnya pada umumnya sampai saat ini masih menggunakan Diesel sebagai bahan dasar fluida pemboran yang tentunya secara environment akan berdampak negatif terhadap lingkungan,” kata dia.(RI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *